Sambil kuliah mahasiswi USU mulai merintis bisnis dengan modal semangat


Di jaman yang mulai serba cangih ini kini ponsel merupakan suatu kebutuhan pokok yang mugkin hampir setiap penduduk indonesia memiliki apa yang di namakan ponsel.

Rupanya, masalah ini dilihat Alween Ong sebagai peluang bisnis. Dari sinilah awal mimpi besarnya menjadi pengusaha besar dimulai.

Sebenarnya, menjadi wirausaha sudah dimulai Alween dari dagangan kecil-kecil. Mulai dari dagang ikat pinggang, makelar ponsel hingga perantara jual beli kendaraan.

"Lumayan, ada uang saku yang peroleh," kata Alween, dalam buku Rhenald Kasali Wirausaha Muda Mandiri.

Lantas apa yang membuat wanita berjilbab ini banting setir jadi mekanik ponsel yang rusak?

Dari situlah, Alween iseng membantu rekannya itu. Jujur saja, kata Alween, saat itu dirinya tak memiliki keahlian khusus soal utak atik mesin ponsel.

"Saya belajar otodidak saja. Mulai dari membaca buku, melihat teman memperbaiki ponsel hingga utak-atik sendiri. Alhamdulillah, berkat tekad yang kuat, doa dan usaha, saya berhasil memperbaiki ponsel," jelasnya.

Sebagai pemula di kotanya, di Medan, Alween optimis usaha ini akan berkembang seiring dengan tingginya pengguna ponsel di mana. Terlebih, dia punya keyakinan tak setiap orang yang ponselnya rusak langsung ingin mengganti dengan yang baru.

"Ada nilai sentimentilnya, meskipun bisa membeli ponsel baru, banyak orang yang sayang pada ponsel lamanya karena ada sejarah sangat berarti. Dan itu dijadikannya sebagai peluang bisnis," jelas alumni Ilmu Politik, FISIP USU ini.

Benar saja, dari satu, dua kemudian bertambah banyak reparasi ponsel yang dia diterima. Mulai mendapat respons yang baik, wanita yang lahir Januari 1985 itu semakin serius menggarap bisnisnya sambil kuliah.
Dia kemudian mengembangkan usahanya, dengan cara apa?

"Di sana saya menjabat semuanya, mulai dari pemilik outlet, memperbaiki ponsel, menjadi kasir, sampai membuka dan menutup toko," tambahnya.

"Kalau sakit ya tokonya tutup," ucapnya sambil tertawa.
Dengan harga murah yang ditawarkan, dan mendengar testimoni dari pelanggan yang ponselnya sukses Alween perbaiki, pelanggan baru berdatangan. Melihat keuletan Alween, tamu-tamunya menyarankan Alween mengikuti lomba Wirausaha Muda Mandiri pada 2008. Sempat tak pede, akhirnya Alween ikut meski lawannya para pengusaha mentereng dengan jumlah pegawai lumayan mengeruk keuntungan.

Tak sia-sia, dia menang dan mendapatkan hadiah Rp 8 juta. Uang itu dipakainya untuk mengembangkan usaha. Bisik-bisik beredar, Alween memang dinilai juri sebagai wirausaha kreatif karena baru pertama kali ada di Medan jenis bisnis macam itu.

"Saya mulai merekrut beberapa orang untuk menjadi stafnya, usaha juga dikembangkan sebagai tempat pelatihan dan untuk mengenalkan usahanya, saya memanfaatkan Twitter dan Facebook," jelas Alween.

"Dari situlah pelanggannya dari mana-mana ada Aceh, Pekanbaru sampai ke Malaysia, China dan Singapura juga ada. Dan penghasilan saya menjadi Rp 60 juta per bulan," tambahnya.

Kesuksesan Alween membuat dirinya mendapat banyak penghargaan. Tak lupa kesuksesan dan keuntungan yang dia dapat dibagikan bersama pegawainya. Dia pun mulai menerapkan prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility (CSR).

"Karena hobi, segela sesuatu yang dilakukan enak saja, tidak terasa berat. Jika di suatu massa mengalami kegagalan kita merasa tidak hanya sebuah tantangan dan harus dicoba lagi. Karena mencoba lagi satu keasyikan tersendiri," katanya.

Sumber : merdeka.com

Comments